Penyunting : Yolanda Oktaviani
Korpora.id,
Silat Hulu - Senja memupuk mengiring sore berganti malam. Si
Anak Kampung yang kini bukan anak-anak lagi, bercerita tentang dirinya yang
tumbuh bersama permainan rakyat.
Negeri ini merupakan pelabuhan yang amat kaya akan kebudayaan. Salah satunya dapat dilihat dari jenis permainan rakyat yang
beragam. Kita mengenal di antaranya ada lompat tali, tarik tambang, balap
karung, balap kelereng, dan lain-lain.
Mari menelusuri haluan kota demi kota, kampung demi kampung
hingga berlabuh di salah satu wilayah peradaban yang berada di Kabupaten Kapuas
Hulu (Kalimantan Barat), yakni Kecamatan Silat Hulu.
Silat Hulu memiliki satu
permainan rakyat yang dapat dikatakan sebagai simbol kebahagiaan anak kampung
daerah setempat.
Yas (20) salah satunya yang menjadi penikmat kebahagiaan
tersebut. Sumringah ekspresinya begitu menceritakan dirinya serta teman-teman
sebayanya yang tumbuh bersama permainan rakyat yang bernama Main Asin. Selingan tawa kecil hingga
terbahak-bahak mengundang rasa ingin sekali kembali ke masa itu, masa ketika
dulu masih menjadi bocah.
Tercatat pada Senin, 16 September 2019 dikediamannya
di Kota Pontianak, Yas mengulik kebahagiannya dahulu yang kini menjadi sebuah
catatan sejarah. Main Asin merupakan
permainan rakyat yang dimainkan oleh enam sampai sepuluh orang yang dibagi
menjadi dua tim. Permainan tersebut dahulu sangat populer, hingga pada 2010 mulai redup eksistensinya.
Main
Asin hampir mirip dengan permainan Galah Hadang yang dikenal oleh masyarakat Pontianak, atau Gerobak Sodor yang populer di Jakarta
dan sekitarnya. Perbedannya, jika pada kedua permainan tersebut memiliki garis
hadang horizontal di tengah, Main Asin justru
hanya memiliki garis vertilkal yang dibuat dengan pola persegi panjang.
Alur permainannya mirip dengan Galah Hadang. Ada tim yang menjadi penjaga, dan ada pula tim yang menjadi
pengintai. Ibaratkan sebuah kerajaan, penjaga akan
membentuk benteng pertahanan dari pengintai yang berusaha menyusup ke Istana.
Apabila penjaga berhasil menangkap pengintai, maka permainan dimenangkan
penjaga. Namun, jika pengintai berhasil lolos dan bebas dari penjaga, maka
pengintailah yang menang.
”Tidak diketahui asal mulanya nama Main Asin tersebut. Namun, mungkin
memiliki filosofi dari kata asin yang merujuk pada keringat pemain yang
bercucuran saat melangsungkan permainan,” tutur Yas.
Selain itu, kata Asin
digunakan untuk menandakan jika pengintai berhasil memenangkan permainan.
Anggota tim pengintai akan mengatakan “Asin!”
apabila telah sampai di garis akhir dan keluar dari penjagaan.
Yas mengungkapkan jika dirinya dan teman-temannya
dulu hampir setiap hari Main Asin. Di
Sekolah, di halaman Masjid, di depan rumah orang, hingga di pinggiran jalan
raya pun mereka tidak harus berpikir panjang bila ingin memainkan permainan
rakyat tersebut jika tempatnya lapang.
Yas juga mengungkapkan bahwa dirinya merupakan
pemain yang cukup diperhitungkan oleh teman-temannya. Jangankan anak-anak, bapak-bapak dan ibu-ibu
pada masa itu juga sangat menyukai Main
Asin, bahkan tak jarang mereka turut bergabung sebagai pemain.
Apa yang seru dari Main Asin?
Yas menyatakan, jika permainan itu dilakoni oleh
pemin-pemain yang sama kuat, maka permainan akan berlangsung lama dan seru. Ada
istilah ‘Akul’ yang menjadi kekuatan
utama tim penjaga untuk menangkap pengintai. Akul dilakukan dengan tiarap oleh penjaga untuk menjangkau lawannya
. “Kita bakalan senang kalau dapat rekan satu tim yang punya badan tinggi,
karena kalau dia akul pasti mudah menjangkau dan menangkap lawan,” tutur Yas.
Yas mengaku bahwa dirinya menentang bila ada orang
yang mengatakan masa kecilnya kurang bahagia. Padahal justru rasa bahagia itu
tumbuh bersamanya hingga dewasa. Berbeda dengan anak-anak sekarang yang banyak
tahu permainan daring dibandingkan permainan rakyat.
Anak kampung dan anak kota kini sama saja baginya.
Tahun kian berganti, Main Asin kini bak hilang dimakan zaman. Jangankan mengetahui alur
permainannya, nama permainannya saja mungkin asing ditelinga anak kampung
sekarang. Tergerus dan tergusur teknologi. Yas kini datar berekspresi.
Khayalannya yang sebenarnya merupakan kenangan
mengharap bila Main Asin dapat
kembali menjadi media keakraban anak-anak kampung di daerahnya sekarang. “Toh
juga main permainan rakyat bukan berarti tak modern”, tutup Yas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar