Penulisan
: Rezki Restania
Penyunting
: Fortotunata Willina
Korpora.id, Pontianak-
Sebagian besar Di Indonesia umat muslim memiliki tradisi yang sama dalam
merayakan Lebaran atau Idul Fitri. Mereka ada yang mudik atau pulang kampung
untuk merayakan Lebaran, Shalat Ied, Silaturahmi dan ziarah. Umat muslim juga
menyajikan ketupat dan opor sebagai kuliner pada hari Raya Lebaran. Selain itu,
di Indonesia juga memiliki beragam adat istiadat , suku dan budaya . Salah satu
tradisi yang unik sehubungan dengan Lebaran adalah tradisi Meriam Karbit di
Pontianak, Kalimantan Barat.
Tradisi
Meriam Karbit memiliki sejarah yang menarik. Konon, dahulu Kesultanan Kadriah
di Pontianak yang berdiri pada tahun 1771 – 1808 membunyikan meriam untuk
mengusir hantu, khususnya kuntilanak yang ada di Kota Pontianak. Karena pada
waktu itu, Raja pertama Pontianak yang bernama Syarif Abdurrahman Alkadrie
ketika membuka lahan untuk bertempat tinggal di Pontianak sempat diganggu oleh
hantu-hantu. Lalu Sultan memerintahkan pasukannya untuk mengusir hantu itu
dengan meriam . Pontianak menurut cerita adalah sebuah kota yang memiliki hantu
kuntilanak. Karena pada dasarnya Pontianak berasal dari kata bunting dan anak.
Selain itu bunyi yang keras dari meriam karbit menandakan waktu azan magrib.
Syaiful
Azhar selaku Ketua Forum Meriam Karbit mengungkapkan ”Sekarang ini seiring
berjalan waktu, meriam karbit dihidupkan untuk daya tarik pariwisata. Meriam
tradisional ini dibuat dari kayu pohon durian atau pohon kelapa yang cukup
keras dan kemudian diikat dengan tali rotan seberat 100 kg, agar meriam tidak
bergerak pada waktu berdentum. Selain itu meriam dicat dengan warna-warni yang
menarik. Panjang meriam karbit kurang lebih 4-7 meter. Meriam karbit ini
dilubangi bagian tengah untuk disulut api hingga meriam berbunyi. Untuk satu
kali permainan dibutuhkan sekitar 3-5 ons karbit.”
Meriam
yang akan turut serta dalam permainan Tradisional Meriam Karbit harus mengikuti
persyaratan yang sudah ditentukan oleh forum komunitas Tradisi Meriam Karbit,
seni dan budaya Pontianak. Persyaratan itu antara lain, meriam harus dihias
dengan beragam dekorasi, seperti berlatar belakang masjid. Oleh karena itu
untuk membuat 1 meriam biaya yang diperlukan sekitar 3 sampai 5 juta rupiah. Permainan
tradisi Meriam karbit ini menjadi keunikan tersendiri di kota Pontianak dalam
menyambut Hari Raya Idul Fitri. Bahkan permainan tradisional Meriam Karbit
sekarang dilombakan dan sudah masuk dalam kalender pariwisata . Kegiatan ini
menjadi yang sangat dinantikan oleh masyarakat kota Pontianak.
Lokasi
dari permainan tradisi karbit ini adalah di sepanjang bantaran Sungai Kapuas.
Biasanya permainan ini dimulai sejak 3 malam sebelum Lebaran. Meriam karbit
sudah berjajar di dua sisi bantaran sungai Kapuas. Menjelang azan magrib meriam
ditembak sebagai penanda waktunya buka puasa. Dentumannya sangat keras bahkan
terdengar hingga radius 5 Km.
"Parade
meriam karbit tercatat sebagai rekor terbaru, karena jenis permainan ini belum
ada yang tercatat di MURI. Kita patut berbangga dengan kekayaan budaya yang
dimiliki oleh masyarakat untuk tetap dijaga kelestariannya," kata Syaiful.
"Kedepannya
saya akan tetap lestarikan budaya ini dan mencoba melakukan kegiatan
sosialisasi dengan mengundang beberapa Tokoh Kerajaan, pejabat Wali Kota,
Gubernur, bahkan Presiden agar di publis kembali mengenai budaya meriam karbit
ini."
”Agar bersama sama
dapat melestarikan budaya meriam karbit ini sehingga tidak lenyap ditelan
jaman dan anak anak cucu regenerasi kedepan tetap bisa menikmati budaya yang
turun dari nenek moyang kita ini,” ungkap warga masyarakat Tepian Sungai
Kapuas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar