Penulis : Yeyen
Penyunting : Verawati
Tradisi
Ngamping di Masyarakat Sambas
Korpora,id.Sambas- Alunan alu terdengar menggema,
saling bersahutan membentuk harmonisasi nada. Satu persatu padi dalam lesung
menjadi pipih akibat serangan tenaga dari ibu-ibu perkasa. Tradisi yang harus
tetap dijaga walau peradaban sering menyapa. Iya, Ngamping namanya.
Ngamping adalah suatu tradisi
yang dilakukan oleh masyarakat Melayu Sambas. Tradisi ngamping ini dilakukan
setelah panen padi atau orang Sambas bilang “laka’ beranyi”. Ngamping merupakan
suatu kegiatan, dan amping adalah hasil dari proses ngamping.
Amping merupakan kuliner tradisional Sambas, yang terbuat dari hasil
olahan padi yang setengah matang. Cara pembuatan amping ialah padi yang
dipanen, lalu bulir padi tersebut di sangrai kurang lebih lima belas menit
sampai adanya letupan padi yang
terdengar dari proses menyangrai. Lalu ditumbuk dalam lesung.
Setelah padi di tumbuk, ditampik
sampai bersih dari ampas. Untuk menambah
rasa manis dan gurih di tambahkan garam sedikit dan gula pam sir atau gula merah Lalu amping
tersebut dicampur dengan parutan kelapa. “Akan lebih nikmat lagi apabila kelapa
yang digunakan tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda.” Ujar Setiana(43).
Hampir tiap tahun tradisi ngamping ini ia lakukan.
Kegiatan ngamping ini sebagai
wujud syukur masyarakat terhadap hasil
panen. Menurut Setiana, di desa mereka yaitu Desa Samustida kegiatan ngamping
ini dilakukan sebelum panen dan setelah panen. Ngamping sebelum panen padi
diharapkan terhindar dari bala. Parang, cangkul, dan segala benda tajam yang berkaitan dengan bertani dikumpulkan lalu amping tersebut di
hamburkan ke peralatan bertani. Sedangkan ngamping setelah panen, dimaksudkan
sebagai wujud syukur telah selesai
panen. Biasanya ngamping setelah panen ini lebih seru karena dilakukan
beramai-ramai.
Hajijah (77) mengatakan dahulu
ngamping selalu ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Ngamping bisa dikatakan seperti merayakan kemenangan setelah kerja
keras mereka dalam bertani. “Kalau cerite nak ngamping suke inyan, beulo’an
ngerajekannye dan makannye.”ujarnya
dengan semangat.
Dalam proses ngamping setiap
orang memiliki tugas masing-masing. Ada yang menyangrai padi, menumbuk,
menampik dan memarut kelapa. Kegiatan
ngamping ini dapat mempererat tali persaudaraan dan silaturahmi karena dalam
pembuatan amping dilakukan secara
gotong- royong.
Hal yang menarik dalam ngamping
adalah proses menumbuk padi dalam lesung.
Pada saat menumbuk akan menghasilkan bunyi yang berirama karena
pertemuan antara lesung dan alu. Menumbuk amping biasanya dilakukan dua orang
atau lebih bahkan dalam satu lesung bisa ditumbuk oleh lima orang.
Bisa kita telaah bahwa dalam
menumbuk amping harus berkesinambungan,
adanya keselarasan, dan keserasian antara satu orang dengan yang lainnya.
Sehingga menimbulkan harmonisasi nada atau irama yang indah. Pada proses
menumbuk amping bisa kita ambil
pelajaran hidup yang dapat di terapkan dalam kehidupan bermasyarakat yaitu
semangat kebersamaan, toleransi, keserasian dan menjaga kekompakan satu sama
lain.
Lesung dan alu yang digunakan pun
tidak sembarang, harus terbuat dari
pohon pilihan yaitu pohon Leban. Menurut Hajijah biasa dipanggil uan Jijah,
lesung dan alu terbuat dari batang leban dan diambil dari udas (hutan
rimba).”Pohon ini dipilih karena kuat dan tahan lama, ketahanannya bisa
mencapai puluhan tahun.”pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar