Penulis : Yeyen
Sumber foto:docplayer.info
Korpora.id,Sambas-Lain
ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Peribahasa tersebut tak asing
terdengar oleh kita. Lain daerah lain pula aturan dan adat istiadatnya. Begitu
pula halnya dengan aturan dan adat istiadat yang ada di Sambas.
Kabupaten
Sambas merupakan daerah yang memiliki kekayaan budaya dan adat istiadat yang
sangat luar biasa. Contohnya saja kebudayaan yang satu ini yaitu Berattep.
Menurut
La’u selaku ketua adat di Desa Samustida Kecamatan Teluk Keramat menjelaskan
berattep merupakan suatu tradisi untuk memulai bercocok tanam. “Berattep adalah
adat yang memang turun temurun dari nenek moyang. Kegiatan ini dilakukan untuk
memulai bercocok tanam padi.”
“Untuk
melakukan berattep tidak sembarangan dilaksanakan namun, kita harus berdiskusi
dengan ketua RT, masyarakat, kepala desa agar kegiatan tersebut bisa bejalan
lancer,” tambahnya.
Berattep
atau biasanya masyarakat setempat menyebutnya barek uttan memang dilakukan
setiap tahun. Tujuannya agar mendapatkan hasil padi yang melimpah dan dijauhkan
dari hama.
Dalam
ritual berattep memiliki beberapa proses dan alat yang harus disediakan untuk
kelangsungan ritual tersebut seperti beras kuning, rateh, telur matang, telur
mentah, rokok gontal dan sebagainya yang disiapkan oleh ketua adat. Selain itu
masyarakat di himbau untuk membuat ketupat.
Menurut
La'u bahan- bahan tersebut digunakan untuk berkomunikasi dan memberi makan roh
nenek moyang ataupun penjaga hutan agar tidak mangambil dan menganggu tanaman
masyarakat.
Khususnya
di Desa Samustida Kecamatan Teluk Keramat, ritual dilakukan dengan setiap orang
turun dan ikut serta berjalan dari ujung kampung (titik kumpul) sampai ke ujung
kampung (titik akhir yang telah ditentukan) sambil membacakan shalawat. Tak
lupa setiap orang membawa ketupat dan air, dan dimakan bersama-sama saat sampai
di titik terakhir. Namun, sebelum itu ketua adat membacakan mantra terlebih
dahulu ketika ada aba-aba barulah masyarakat memakan ketupat yang dibawa tadi.
Menurut
ketua adat tersebut hal tersebut meminta izin ke penjaga hutan (roh nenek
moyang) bahwa akan dilaksanakannya masa menyemai padi dan musim bercocok tanam
akan segera dimulai. Harapannya agar roh nenek moyang dapat membantu agar
masyarakat mendapatkan hasil panen yang melimpah dan tanaman padi terhindar
dari hama. Setelah itu masyarakat juga mengambil air tawar (air penolak bala)
yang telah dibacakan mantra oleh ketua adat. Biasanya saat memulai menyemai
benih padi, air tersebut di siram ke benih padi yang akan disemaikan.
Dalam
ritual berattep juga ada pantangan yang harus di patuhi oleh masyarakat. Selama
ritual berattep dilaksanakan masyarakat dilarang untuk menebang kayu dan masuk
ke dalam hutan. “Masyarakat tidak boleh
melewati zona terlarang yaitu dari belakang rumah sekitar 15 meter ke hutan,
lewat 15 meter sudah menjadi wilayah mereka (makhluk gaib) maka jika ada yang
melanggar akan mendapatnya (bala). Pantangan tersebut berlaku selama ritual
berattep itu berlangsung yaitu satu hari,” tutupnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar