Penulis : Sherly Marselina Tri Lorenza
Penyunting : Yolanda Oktaviani
korpora.id,
Pontianak – Panas terik membawa hawa yang menyesakkan bila saat itu kami tidak
berada di dalam ruangan yang memiliki pengatur suhu. Siang terang benderang
sebab matahari bersinar begiru riang.
Saat itu, kami berada di salah satu ruang kelas
kampusnya para calon guru di Universitas Tanjungpura. Kami berbincang hangat,
berbagi pengetahuan, dan membahas atau mengenang hal-hal yang disebut
kebudayaan. (Rabu, 5 November 2019)
Tatiyana (20) adalah satu diantara generasi muda yang
amat peduli dan sangat membuka diri dalam upaya pelestarian kebudayaan yang
dimiliki Kalimantan Barat. Gadis yang juga merupakan pegiat sastra lisan ini,
namanya cukup dikenal oleh kalangan mahasiswa dan gugus komunitas-komunitas
yang sarat akan visi melestarikan kebudayaan.
Dalam perbincangan hangat yang kami langsungkan
tersebut, Tatiyana membagikan informasi serta wawasan mengenai salah satu
pakaian adat Kalimantan Barat, yakni Telok Belanga. Telok Belanga merupakan
pakaian adat suku Melayu dan umat Muslim setempat.
“Dulunya pakaian ini sering digunakan oleh
Sultan-Sultan atau yang keturunan para raja. Telok Belanga ini bisa dikatakan
sebagai pakaian sehari-hari mereka,” ujar anggota Perkumpulan Orang Melayu
(POM) Pontianak tersebut.
Dengan pelan dan lembut, Tatiyana juga menjelaskan unsur
dari Telok Belanga, dimulai dari tanjak yang dipakai di kepala, kain sampin
hingga celana yang tidak melebihi mata kaki. Dikatakannya juga bahwa Telok
Belanga kini khusus dikenakan oleh laki-laki.
“Sebenarnya dulu juga dipakai perempuan. Maksudnya,
pakaian yang dikenakan perempuan itu namanya serupa tetapi berbeda jenis.
Tetapi, seiring perkembangan zaman, nama untuk pakaian perempuannya sekarang
bukan lagi Telok Belanga melainkan Baju Kurung,” jelas Tatiyana.
Perbincangan semakin larut dalam nuansa keheningan
ruangan yang di dalamnya hanya ada sekitar lima orang saja. Tatiyana pula tak
hilang semangatnya untuk membahas perihal kearifan lokal ini.
Waktu seakan mendukung perbincangan itu dengan
seolah-olah membuat hari tak cepat petang. Siang masih menyengat hingga yang
niatnya ingin pulang pun jadi enggan. Kami tetap melanjutkan topik yang semakin
lama memberikan kesadaran akan pentingnya pelestarian kebudayaan.
Sebagai orang yang aktif berkontribusi dalam kegiatan
adat atau kebudayaan, tak lupa pula Tatiyana juga berbagi informasi terkait
harga Telok Belanga yang syukurnya hingga saat ini masih banyak dipasarkan.
Menurutnya, untuk dapat memiliki Telok Belanga tidaklah susah.
“Harganya itu bervariasi dan tergantung bahan. Kalau
yang biasa itu bisa 200 ribuan. Nah, yang bahannya bagus pastinya lebih mahal.
Kita bisa beli di toko atau butik yang memang secara khusus menjual Telok
Belanga, kalau misalnya ingin mendapatkan kualitas yang baik. Bisa juga
misalnya kita sewa di ormas kebudayaan atau kesenian daerah, pasti mereka punya
dan bisa disewakan,” tutur gadis yang merdu bila bersyair itu.
Sebuah kekayaan yang tak ternilai tentunya jika sampai
hari ini kearifan lokal masih digalakkan pelestariannya. Dan kita patut
berbangga karena sampai detik ini Telok Belanga masih sangat mudah untuk
dijumpai, disewa, bahkan dibeli.
“Harapannya jangan sampai warisan leluhur ini menjadi
langka dikemudian hari nanti. Kasian anak cucu kita kalau mereka tidak mendapat
bagian dari warisan nenek moyangnya,” tutup Tatiyana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar