Serumpun Berpantun Pecahkan Rekor Berbalas Pantun Terlama Berskala Internasional
Penulis :Angga Laena Siti Patimah
Penyunting :Yolanda Oktaviani
Korpora.id, Pontianak - Asosiasi Tradisi Lisan (ATL), Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kalbar, dan Teraju.id menyelenggarakan acara Serumpun Berpantun untuk membuat rekor berbalas pantun terlama secara daring pada Rabu, 16 Desember 2020 pukul 08.00 – 00.00 WIB. Acara ini digelar berskala internasional karena melibatkan tiga negara yang berserumpun, yakni Malaysia, Brunei Darussalam, dan beberapa pihak dari berbagai negara Eropa. Indonesia, Malaysia, dan Brunei akan menampilkan maestro pantun masing-masing negara.
“Acara Serumpun Berpantun ini dihadiri tiga
negara pada umumnya, dan para pihak di seluruh dunia, yaitu diaspora melayu di
berbagai negara, seperti Eropa, Amerika, Australia, yang bisa mengikuti.” ujar
Nur Iskandar selaku Ketua Panitia Pelaksana saat diwawancarai melalui Google
Meet pada 13 Desember 2020.
Acara akan diawali dengan Webinar Pantun WBTB
UNESCO, dan dilanjutkan dengan sebelas tematik berbalas pantun. Kegiatan ini
dihadiri oleh sejumlah petinggi-petinggi Kalimantan Barat, seperti Gubernur
Kalimantan Barat, Wali Kota Pontianak, MABM Kalbar, Ketua Umum POM Kalbar, dan
tokoh-tokoh yang di seluruh Kabupaten/Kota Kalimantan Barat termasuk dari
berbagai akademisi dan masyarakat setempat. Acara berbalas pantun terlama ini
juga akan dihadiri oleh Ketua Asosiasi Tradisi Lisan (ATL), Gubernur Riau,
Perwakilan Unesco, Presiden Dewan Bahasa Sabah, Pengarah Dewan Bahasa dan
Pustaka Cawangan Sabah, serta pemberian kata sambutan dari Jenderal Kebudayaan
Kemendikbud Jakarta.
Acara sudah disiapkan selama kurang lebih tiga
bulan. Kesiapan acara saat ini sudah mencapai sekitar 95%, dan telah
disosialisasikan melalui berbagai iklan di Kalbar dan negara tetangga. Acara
berbalas pantun terlama ini terbuka untuk umum. Pendaftaran akan dibuka pada
14—15 Desember 2020, dilaksanakan secara daring melalui akun Zoom dan akan
tetap ditayangkan langsung di kanal Youtobe Teraju.id. Selain itu, panitia
menyediakan tempat menonton secara luring
dengan pengawasan ekstra protokol COVID-19 berlokasi di gedung utama
Rumah Melayu samping Rumah Radang, Kota Baru, Pontianak.
Panitia
akan menyediakan hadiah lawang dan e-sertifikat berskala internasional yang
dapat menambah nilai komulatif untuk para mahasiswa yang melakukan penelitian,
temasuk para guru, dosen, dan dari berbagai pihak lainnya yang mau
mengikuti.
“Acara ini di dukung oleh komunitas-komunitas
pantun dan tokoh publik yang senang dengan pantun, kurang lebih ada 24
komunitas termasuk dari berbagai lembaga dan organisasi yang mendukung.“
imbuhnya.
Nur Iskandar menambahkan, acara ini dibuat
sebagai terobasan kelas dunia di tengah COVID-19. Diselanggarakan dengan
berbagai konsep yang tidak monoton, dimulai dari diskusi dalam Webinar
menggunakan pantun, berbalas pantun dengan jenis-jenis pantun seperti pantun
teka-teki, jenaka, ceramah, pantun bertemakan kasih sayang, melamar, menikah,
pekerjaan, kehidupan, bengkel pantun, perempuan-perempuan berpantun, hingga
musikalisasi pantun.
“Acara berbalas pantun ini juga
mengolaborasikan hal-hal yang bersifat milenial. Akan ada kolaborasi-kolaborasi
tertentu, sehingga orang bisa menikmatinya. Nanti ada dua belas rangkaian
acara, setiap sesi acara kurang lebih berlangsung 1 jam.” tutur Nur Iskandar.
Menurut Nur Iskandar, manfaat diadakannya
acara ini adalah orang dapat merasakan kehalusan budi dan sastra, sehingga
dapat membedakan orang yang berbudi pekerti tinggi dan orang yang masih perlu
diperhatikan dengan seksama, karena pengetahuan seseorang dilihat dari
pengetahuan dan kearifan kebijaksanaan. Ia menyatakan bahwa semakin tinggi
kearifan seseorang tutur katanya akan semakin bagus, sehingga dalam bermain
pantun ini juga menunjukan kecerdasan karena harus memilih dan memilah
kata-kata yang digunakan.
Nur Iskandar sepakat bahwa pantun itu berciri
khas ceria dan sastra sehingga menjadi oase dalam kehidupan berkebangsaan dan
pergaulan internasional sekarang.
Pada akhir penjelasan Nur Iskandar mengatakan,
rekor berbalas pantun terlama secara daring ini digelar untuk mendukung WBTB
dunia oleh UNESCO-PBB.
“Kita hadirkan pantun yang sastrawi yang enak
di dengar, yang dicubit tidak terasa sakit, kemudian menjadi persaudaraan dan
dituturkan oleh berbagai negara, dan inilah yang akan di bawa ke PBB untuk di
daftarkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda di United Nations Educational,
Scientific and Cultural Organization. Pantun ini memenuhi syarat untuk diterima
di PBB karena dapat diterima di semua kalangan, etnik, suku, budaya, agama,
bangsa dan negara. Mudah-mudahan kegiatan tanggal 16 Desember 2020 nanti
diikuti oleh ribuan orang, terekam secara digital kemudian diserahkan ke
Unesco.” jelasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar