Penulis: Angga Laena Siti Patimah
Sumber:
Rizal Edwin
Korpora.id, Pontianak – Deru kendaraan beroda empat dan dua terdengar begitu jelas di simpang empat
jalan Danau Sentarum. Terlihat sebuah kafe minimalis yang berada tepat di
samping jalan, tetap berdiri tegak tak menyoalkan kebisingan berbagai
kendaraan. Matahari siang ini kian menyengat, tetapi udara lagi-lagi terasa
segar karena semilir angin yang tak henti bertiup.
Sudah setengah jam berlalu, lelaki
kelahiran Singkawang, 27 September 1982 ini menceritakan pengalaman yang sangat
memotivasi dan menginspirasi. (Lihat
Rizal Edwin: Menunda Kesenangan untuk Kenyamanan). Kini pada 30 November
2020, Edwin kembali siap berbagi tips mengenai membangun usaha di tengah
pandemi.
Alumni STIE IEU Yogyakarta dan HAM
Yogyakarta ini menuturkan, sebelum membahas kewirausahaan. Sejatinya harus tahu
terlebih dahulu manfaat dari berwirausaha. “Kewirausahaan itu adalah sesuatu
yang seksi sekarang, kenapa? Jawabannya, karena sudah menjadi alternatif
pertama untuk memenuhi kebutuhan hidup.” lanjutnya.
Edwin mengatakan mengenai manfaat
berwirausaha, "Manfaat sebenarnya, ya membuat kita jadi orang yang
bermanfaat. Kan ada kalimat, ‘khairunnas
anfa’uhum linnas, sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi yang
lain.” tuturnya. Jeda lima detik Edwin kembali mengatakan, “Jadi, kalau kita
kaya karena beriwrausaha, hal itu akan memudahkan beban orang lain.” tegasnya.
Edwin menunjukkan deretan giginya yang
rapi, “Jangan dipikir, kalau ada yang meminjam uang itu jadi masalah buat
kita.” ujarnya tertawa, “Seharusnya, kalau orang lain meminjam itu kita harus
senang, kenapa? Karena kita bersedekah tanpa memberikan sedekah setiap hari.
Jadi berapa nilai pinjaman kita, itulah nilai sedekah kita.” jelas Edwin
tersenyum.
Pengusaha sekaligus dosen
Kewirausahaan ini, mulai menuturkan pendapatnya mengenai seseorang yang
berwirausaha di masa pandemi. Menurutnya, bukan sulit atau tidak sulit
menjalankan usaha di tengah pandemi Covid-19.
"Kalau
menurut saya, sebenarnya orang yang sedang berbisnis di masa pandemi ini adalah
sebuah tuntutan, kenapa? Karena saat ini banyak yang terdampak, untuk berusaha
juga terkadang kan susah.” jelasnya.
Edwin menuturkan bahwa sebenarnya ada
solusi untuk berjualan di tengah pandemi, yaitu dengan memilih empat kuadran
bisnis. Menurut Edwin, di dalam buku Robert Kiyosaki ada yang namanya cashflow quadrant, membantu seseorang
mencapai kebebasan finansial. Pertama E untuk Employee, kelompok orang yang bekerja sebagai karyawan. Contohnya
bekerja untuk gaji, bekerja untuk sistem. Kedua, S untuk Self-Employed, merupakan
kuadran dari kelompok yang memiliki usaha dalam profesi, contohnya dokter dan
penulis. Edwin menghela napas sebentar dan melanjutkan penjelasannya,
"Tetapi, kalau S ini jika dia tidak menjalankan tugasnya ya tidak dapat
uang." tambahnya.
Penjelasan Edwin yang ketiga, yaitu
investor. Investor merupakan bagian dari investasi perusahaan. Ia kembali
menjelaskan, "Namun untuk berinvestasi itu, apakah kita punya uang? Kalau
kita punya milyaran bolehlah kita masuk sini. Nah yang bisa dimaksimalkan itu
adalah B, Business Owner, kelompok orang yang mendapatkan
penghasilan tanpa harus terlibat langsung kegiatan operasi.” jelas Edwin
panjang lebar.
Director
Quick Management ini mengatakan ketika hendak berbisnis harus dikemas
dengan cara yang kreatif, “Apa sih
ilmu yang paling penting? Selain ilmu agama, politik, sosial, bisnis, dan ilmu
umum lainnya?” tanyannya. “Ilmu yang penting adalah ilmu mencontek. Kalau kita
ingin sukses, ilmu yang penting itu adalah mencontek, ketika kita bertemu orang
yang sukses, kita lihat apa sebab mereka sukses. Maka selanjutnya, kita
kembangkan untuk lebih baik dan berbeda, di sinilah letak kreatifnya.”
jelasnya.
“Intinya, dari empat kuadran yang saya
jelaskan tadi, dari sisi kacamata pandemi h sekarang yang paling berpeluang
adalah melakukan bisnis _owner._” ungkapnya. Jeda tiga detik, dengan air muka
yang tiba-tiba menunjukan keprihatinan, direktur WIM Indonesia ini mengatakan,
“Sayangnya,sekarang itu dunia kewirausahaan sedikit kurang dilirik. Padahal,
sebenarnya kalau dari sudut pandang islam Rasulullah juga menyampaikan
nilai-nilai islam melalui berdagang,” ujarnya sambil mengembuskan napas.
“Salah satu buku saya itu, isinya
tentang bagaimana kita meneladani sikap nabi dalam berwirausaha.” lanjut Edwin.
Kemudian Edwin menuturkan, setiap pengusaha itu perlu mencontoh sifat-sifat
nabi, yaitu sidik atau jujur, “Kita harus jujur jadi pengusaha, jadi pengusaha
itu tidak boleh bohong. Apapun kualitasnya, bagaimana keadaan barangnya, kita
harus jujur. Karena tidak ada orang yang senang dibohongi. Bagimana kalau kita
dibohongi? Kan pasti tidak mau juga. Nah nabi itu senang, dan jago berbisnis
karena beliau itu jujur.” Edwin tersenyum.
Sifat kedua adalah amanah atau dapat
dipercaya, “Ketika kita diberi modal uang atau
segala macam hal lainnya, harus dapat dipercaya oleh orang lain. Nah
ketiga adalah fatanah. Pintar atau cerdas dalam mengelola usaha. Kalau dalam
bahasa saya, artinya profesional. Dalam artian, kita mampu mengerjakannya,
misalnya jadi seorang arsitek harus sesuai juga dengan keahlian dan bidangnya
sebagai arsitek.” tegasnya.
Direktur Usaha Kite mandiri ini,
menjelaskan bahwa yang paling penting di antara semua nilai-nilai itu adalah
tablig atau menyampaikan. Dalam dunia berwirausaha biasa disebut dengan proses
marketing. Seseorang yang sedang berwirausaha harus memberitahu produk yang
ditawarkannya.
"Coba
ketika kalian ke toko atau pasar. Pasti selalu banyak orang-orang yang
menawarkan, ‘Kak mau baju atau cari apa
kak, singgah dulu kak.'" ujar Edwin menirukan orang yang berjualan.
“Itu baru tablig, tapi kalau kita
melewati sebuah toko dan penjualnya diam saja. Ya kemungkinan tidak laku-laku
barangnya, karena tidak disampaikan atau ditawarkan.” ungkapnya. Edwin juga
menjelaskan, bahwa dalam bisnis yang paling utama itu adalah silaturahmi. Ia
mengatakan, “Tidak ada satu pun orang akan sukses jika ia tidak menjalankan
silaturahmi.” ujarnya sembari menghela napas.
Direktur CV. Cipta Media Kreasi ini
mengatakan, jika seseorang mau berwirausaha harus belajar dan membutuhkan
motivator. Edwin menjelaskan, “Kalau sudah termotivasi barulah kita perlu cari
mentor.” tuturnya.
Edwin kembali menerangkan, tujuan dari
mentor sendiri adalah membuat diri untuk lebih terarah dengan apa yang ingin
dilakukan sesuai dengan bidangnya. Ia berkata, “Saya ingin mejadi pengusaha property maka saya belajar sama orang
jago property, saya ingin belajar EO saya belajar dengan orang-orang
ahlinya EO.” tegas Edwin.
Jeda satu detik Edwin melanjutkan,
“Cape dong, beli telur, tepung dan lainnya. kan harus membuatnya dulu, tetapi
ada cara lain. Kalau reseller orang
buat, kita jual. Dilihat dari potensi pastinya dapat keuntungan. Tetapi, kita
harus meningkatkan jualan kita, karena bisnis itu adalah faktor kali. Bukan
jumlah harga yang dijual yang kita dapat untung melainkan berapa banyak produk
yang sudah kita jual. Saya jualan handphone
1,5 juta dijual l,6 juta. Produk itu laku sepuluh buah, misalnya. Keuntungannya
berapa? Ya satu juta.” jelas Edwin kemudain.
Creativepreneur
ini kembali menjelaskan, “Kategori pengusaha itu apa sih? Kategori pengusaha itu kan orang yang bisa menghidupi dirinya
sendiri, bahkan orang lain dengan pendapatan yang dihasilkan. Tukang goreng
pisang itu pengusaha bukan?” jeda sebentar Edwin melanjutkan, “Ya, pengusaha.
Karena dia menghidupi keluarganya, anaknya.” ujarnya jelas.
Edwin kembali mengungkapkan, membangun
usaha itu harus dari sekarang, "Karena ketika kita berusaha sejak awal,
maka akan mengalami ilmu percepatan." tuturnya.
Publick
Speaker Trainer ini menegaskan kembali,semakin banyak seseorang mencoba
maka akan semakin cepat untuk sukses. Karena dengan mencoba, akan memiliki
banyak pengalaman. Sementara, pembisnis yang paling bagus adalah bisnis yang
dilakukan sekarang. Usaha tidak hanya dipikirkan melainkan dilakukan dan
dieksekusi langsung.
Pada akhir pembicaraan Edwin kembali
menuturkan, "Bisnis yang paling keren adalah bisnis yang bukan hanya
impian, namun harus diwujudkan dengan penuh perencanaan. Banyak sekali usaha
yang bisa dilakukan di masa pandemi ini sebenarnya. Maka ada pertanyaan terakhir,
apakah bisa menjadi pengusaha di tengah pandemi?” tanya Edwin.
“Jawabannya
bisa jadi, bisa iya, bisa tidak. Itu tergantung lagi pada kemauan, ide, tekad,
dan tuntutan kebutuhan.” tegasnya mengakhiri pembicaraan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar