Penulis: Angga Laena Siti Patimah
Penyunting: Dedy Ari Asfar
Korpora.id, Pontianak – Semilir angin menerpa
pori-pori kulit siang ini, cuaca begitu cerah dan damai. Meski matahari
menyengat, udara tidak terasa panas seperti biasanya. Sekelompok laki-laki dari
anak kecil hingga orang dewasa yang memakai baju kokoh putih berhamburan keluar
masjid, termasuk laki-laki berumur 38 tahun yang dikenal sebagai seorang
pengusaha dan motivator. Ia memakai koko putih berlengan pendek dan berpeci
putih membawa kedua anaknya menggunakan motor metic menuju sebuah kafe di Danau
Sentarum, tampilan yang begitu sederhana untuk ukuran seorang pengusaha.
Sebuah kafe simpang empat di Danau
Sentarum ini, menjadi saksi bisu Muhammad Rizwal Edwin menceritakan perjalanan
hidup. Si tukang ngapi semangat nomor dua di Pontianak, motivator muda,
pengurus UMKM Pontianak, tukang nulis hingga seorang dosen pengampu matakuliah
Kewirausahaan di IAIN Pontianak dan Panca Bhakti ini biasa akrab dipanggil
Edwin.
Hari ini, Jumat 30 November 2020
dengan kerelaan hatinya Edwin menceritakan pengalaman yang sangat memotivasi
dan menginspirasi. Garis wajah yang terlihat ramah dari sesosok pengusaha ini,
menunjukkan bahwa ia senang berbagi pengalaman dan memotivasi banyak orang.
Edwin mengatakan sebaik-baik orang adalah yang bermanfaat bagi orang lain.
Seorang pengusaha yang bergerak di Event Organizer ini menuturkan, dirinya
terlahir dari keluarga yang sangat sederhana. Kedua orang tuanya dulu adalah
seorang pedagang gado-gado dan membuka warung kopi. Ia anak ketujuh dari
delapan belas bersaudara. Ia merasa kurang diperhatikan satu per satu oleh orang
tua sebab anak yang banyak. Edwin hidup mandiri.
Semenjak SMA, ia senang berjualan dan
mengikuti banyak organisasi tanpa mengabaikan kewajibannya di bidang akademik.
Bagi Edwin, dengan berwirausaha, seseorang bisa mengeksplor diri lebih. Ia
menuturkan, "Nah berwirausaha itu membuat kita lebih mengeksplor diri.
Ketika berwirausaha, kita akan menggali kemampuan diri, mengenali lebih jauh
diri sendiri, dan tentunya lebih mandiri dari sebelumnya." ujarnya.
Berwirausaha akan menjadi alternatif
utama untuk memenuhi kebutuhan. Ketua HIPMI Kalbar Bidang Ekonomi Kreatif dan
Pariwisata ini menegaskan, “Seseorang menjadi pengusaha itu karena dua hal,
bisa jadi baik nasab atau baik nasib,” tuturnya. Jeda lima detik Edwin
melanjutkan ucapannya, “Nah saya termasuk orang yang baik nasib,” bibirnya
membentuk bulan sabit, tetapi matanya berkaca karena teringat masa lalunya.
Edwin menjelaskan bahwa pengusaha baik
nasab itu adalah memiliki keluarga yang telah menjadi pengusaha. Sementara baik
nasib adalah orang yang tidak memiliki latar belakang pengusaha, tetapi dengan
doa, kemauan, tekad yang kuat, dan terus berjuang tanpa henti ia bisa jadi
pengusaha. Edwin berkata, “Saya dulu sewaktu kuliah di Yogyakarta, sering
berjualan buku-buku islami, kajian, dan buku lainnya. Saya kirimkan
barang-barang itu ke Pontianak untuk membayar biaya kuliah, saya senang
melakukan semua itu,” lirih Edwin sedikit haru dengan pengalaman yang diingat,
tetapi bangga menceritakannya.
Edwin menuturkan bahwa ketika ia
mengatakan ingin kuliah pada kedua orang tuanya, mamanya hanya menjawab,
"Mau kuliah pakai apa, pakai daun?" Edwin tertawa kecil saat
menceritakannya. Ia menjelaskan bahwa Allah itu Maha Kaya. Ia melanjutkan
ceritanya, “Kalau Allah Kaya maka sepatutnya kita juga harus dan merasa
kaya." Inilah tekad Edwin untuk menjadi seorang pengusaha.
Kini, usaha yang ditekuni Edwin ada
dua unit perusahaan, satu direktur Quick Management Pontianak, ada dua belas
unit usaha di bawahnya, dari Quick EO,
Quick Properti, Quick Education, Training, Konsultan, dan lainnya. Edwin
menyatakan, “Yang jalan baru lima atau empat,” katanya.
Kemudian usaha keduanya adalah UKM,
Usaha Kita Mandiri ini lebih fokus pada perkembangan-perkembangan UKM,
produk-produk UKM, termasuk pelatihan-pelatihan UKM. Edwin mengatakan berwirausaha
itu adalah suatu hal yang baik, “Sebenarnya Rasulullah juga kan mengajari kita
untuk berdagang, bahkan para pedagang nanti akan dikumpulkan dengan orang-orang
yang mati syahid dan para nabi, tetapi syaratnya harus menjadi pedagang yang
jujur dulu!” tegas Edwin. Ia kembali mengungkapkan, “Makanya saya menulis buku
dengan judul, Ada Syurga di Bisnismu,” lanjutnya tersenyum lebar.
Edwin kembali menegaskan,
kewirausahaan ini penting, apalagi tidak ada orang kaya atau miskin, tetapi
hanya ada orang yang kaya dan cukup. Edwin mengatakan, “Kalau kita kaya
manfaatnya apa? Orang kaya itu manusia yang bermanfaat, orang meminta pinjaman?
Kita bisa bantu. Kalau keluarga kita membutuhkan bantuan keuangan, kita tidak
punya uang bagaimana? Jawabannya ya jadi pengusaha dulu, sedangkan usaha itu
ada dua, bisnis sama dagang, itu pilihan."
Pencapaian terbesar Edwin dalam
berwirausaha adalah ia selalu belajar banyak hal pada senior-senior. “Di HIPMI
saya belajar banyak dengan senior, saya berkomunikasi dengan senior-senior
kami, Bang Sandiaga Uno, anak-anak menteri, dan orang kaya yang cukup
menginspirasi.”
Edwin memanfaatkan waktu dengan
berorganisasi, “Dengan berorganisasi kita banyak relasi, saya dapat project
kegiatan yang tidak sampai milyaran tetapi Alhamdulillah lumayan.” Edwin
menghela napas, ia menjelaskan bisnis itu ibarat sekolah. Seseorang harus
mengikuti prosesnya. Bahkan, ia harus ditempa terlebih dulu.
“Saya pernah sekolah dan tahu
bagaimana gagal, di bisnis pun sama, saya pernah rugi sampai 30 juta, event
yang kecil-kecil sampai 15 juta, itu hal yang dianggap sebagai
kegagalan.Tetapi, kegagalan sebenarnya adalah cara kita untuk menanggulangi
jangan sampai kita gagal lagi.” Edwin menjeda kalimatnya, mengembuskan napas
seraya berkata, “Pada intinya, menunda kesenangan itu adalah kunci agar kita
sukses,” tegas Edwin.
Edwin menerangkan cara untuk suskses
sebenarnya bukan melihat orang sukses. Cara cepat sukses itu adalah belajar
dari orang yang gagal. “Kalau kita lihat orang sukses, terkadang kita hanya
melihat hasil tanpa proses dibelakangnya. Kita melihat orang punya mobil tanpa
tahu perjuangannya untuk membeli mobil itu seperti apa.” ungkapnya.
Edwin menegaskan setiap orang harus
belajar dari orang lain. Misalnya, orang yang membeli mobil dengan kredit, “Nah
itu sebaiknya jika tidak terlalu butuh maka simpan uangnya, tabung uangnya,”
tuturnya.
“Ketika
mengikuti seminar orang pakai mobil, saya pakai motor, malu tidak? Ya jelas
malu, namun lebih malu mana sama orang yang pakai mobil tetapi kredit?” ujarnya
bertanya. “Lebih baik uangnya ditabung dulu, baru sesudah terkumpul kita beli
dengan merk yang baru,” lanjutnya.
Edwin kembali menuturkan, ketika kita
mencoba namun gagal maka kita akan menghabiskan seluruh jatah kegagalan dalam
kehidupan. Lalu saat kita harus banyak mencoba dan menunda kesenangan maka
bersiaplah untuk menyambut kenyamanan di masa yang akan datang.
"Kita
harus rela menunda kesenangan, demi kenyamanan pada masa depan," ujarnya
tegas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar